Rabu, 21 Desember 2011 By: Nicolai

Sang Komunikatif

Luar biasa memang! Dengan hanya mengandalkan 2 buah sungutnya, semut-semut bisa berkomunikasi dengan mengucapkan salam satu kepada yang lain. Alat komunikasi yang mereka miliki sangatlah sederhana, hanya 2 buah sungut yang halus, tetapi hasilnya sungguh menakjubkan. Mereka bisa saling mengerti yang membuat mereka bisa bekerja bersama-sama, bergotong-royong, dan membagi beban pekerjaan yang besar.

Bagaimana dengan manusia? Alat komunikasi manusia begitu canggih. Manusia punya 2 telinga untuk mendengarkan, 1 mulut untuk berkata-kata, 2 mata sebagai alat tambahan untuk melihat, juga 2 tangan jika diperlukan gerakan-gerakan penekanan, ditambah dengan otak yang terbaik dari semua otak lainnya ciptaan Tuhan. Tetapi seringkali kita tidak dapat berkomunikasi dengan baik satu terhadap yang lain. Sekalipun kita dilengkapi dengan alat-alat bantu tambahan seperti telepon, radio, televisi dan internet, tetap saja terasa bahwa komunikasi di antara kita terasa sangat kaku.

Jangankan komunikasi satu bangsa dengan bangsa lain yang berlainan bahasa, atau satu suku dengan suku lain yang berlainan logat, komunikasi di dalam satu gereja pun kadang-kadang tidak berjalan dengan baik. Komunikasi di dalam keluarga pun banyak yang berantakan. Ayah tidak lagi menyapa Ibu dengan sungut kasih sayangnya. Ibu sudah tidak lagi bertegur sapa dengan mertua. Anak sudah tegang-tegangan dengan kedua orang tua. Komunikasi dengan pembantu pun terasa sangat minim. Bahkan dengan tetangga sebelah rumahpun hampir tidak pernah terjadi komunikasi.

Apa ada yang salah dengan alat komunikasi yang dimiliki manusia? Alat komunikasi kita sebenarnya tidak ada yang salah, tidak ada yang rusak, semuanya baik-baik saja dan dapat berfungsi dengan baik. Tetapi yang membuat komunikasi kita menjadi hambar, kering, bahkan terkesan tidak ada sama sekali adalah karena gangguan di pusat komunikasi: hati kita! Kebanyakan dari kita tidak mempunyai hati yang tulus seperti semut. Kebanyakan dari kita hatinya sudah dipenuhi dengan mementingkan diri sendiri. Kebanyakan hati kita diisi dengan hal-hal dan rancangan yang jahat terhadap orang lain. Kebanyakan hati kita diisi dengan iri dan benci. Semua perkara ini akhirnya merusak getaran komunikasi yang kita pancarkan sehingga yang keluar dari alat komunikasi kita adalah kata-kata yang menyakitkan, amarah, sikap yang sombong yang membuat lawan komunikasi kita pergi menyingkir.

Mari kita belajar dari semut. Kita tidak memerlukan perlengkapan komunikasi yang canggih untuk membuat dunia ini terasa lebih nyaman dan bersahabat. Yang kita perlukan hanyalah sebuah hati yang tulus, hati yang menghormati kepentingan orang lain, hati yang mengasihi orang lain sama seperti kita mengasihi diri kita sendiri.

KATA-KATA BIJAK

Dasar komunikasi yang benar adalah hati yang tulus


Manna Sorgawi, NV Tjenkir Mas, Jakarta, Mei 2002



Artikel Terkait:

0 komentar:

Posting Komentar